“BEGAWAN CIPTA WENING”
Dikisahkan dalam sebuah cerita wayang, terdapat seorang raja yang
bernama Prabu Niwatakawaca yang tinggal di Ima-imantaka. Raja tersebut berencana
untuk menjadikan Dewi Supraba, seorang bidadari dari Suralaya (tempat
dewa-dewa) sebagai istrinya. Namun keinginan tersebut di tolak oleh Hyang Indra
yaitu orang yang bertanggung jawab
mengenai segala sesuatu di tempat kediaman para dewa, termasuk para bidadari.
Karena penolakan ini, maka raja Niwatakawaca murka dan mengintimidasi Kaindran
(tempat Betara Indra). Para Dewa panik
dan khawatir karena tidak ada satupun Dewa yang mampu menandingi kesaktian Si
Niwatakawaca ini. Disaat yang bersamaan, Raden Arjuna sedang bertapa di bukit
Indrakila dan menggunakan gelar nama Begawan Mintaraga saat berada di sana.
Tetapi sebenarnya pertapaan Raden Arjuna ini menjadikan khawatir Hyang Indra,
karena Raden Arjuna akan diminta bantuannya untuk melawan Prabu Niwatakawaca,
yang akan akan menuju Kaendran. Sehingga untuk mengagalkan pertapaan Arjuna,
Hyang Indra mengutus tujuh bidadari untuk menggoda Arjuna, namun justru para
bidadari ini yang jatuh cinta dan terpesona dengan kharisma Arjuna, sehingga
rencananya itu pun belum bisa terlaksana. Hingga waktu tiba, Prabu Niwatakawaca
mengutus seorang raksasa sakti bernama Mamangmurka untuk membunuh Raden Arjuna.
Raksasa tersebut merusak tempat pertapaan Raden Arjuna, dan setelah mengetahui
jika tempatnya dirusak, Raden Arjuna merasa murka dan marah. Dia bersumpah
kepada Mamangmurka dengan kata : “Tingkah laku raksasa ini sebagai seekor babi
hutan.” Kemudian seketika itu juga raksasa berubah rupa menjadi seekor babi
hutan dan diikuti pula oleh Hyang Indra dengan mengganti rupanya seperti
seorang pendeta yang bernama Resi Padya. Keduanya sama-sama berkeinginan untuk
membunuh babi hutan itu. Selepas itu ia melepaskan anak panah ke babi hutan tersebut dan berhasil mengenai
badannya, di waktu yang sama Raden Arjuna juga berusaha mengikuti dibelakang
dan juga berhasil mengenai binatang tersebut.
Sejak saat itu, terjadi perselisihan antara Raden Arjuna dan Hyang
Indra. Masing-masing dari mereka mengaku bahwa anak panah yang mengenai babi
hutan tersebut adalah anak panahnya. Tetapi sejatinya, Hyang Indra merasa
gembira karena dia dapat membatalkan tapa Arjuna dan berencana melanjutkan
rencannya untuk meminta bantuan pada Arjuna untuk memusnahkan Prabu Niwatakawaca.
Singkat cerita, keinginan Hyang Indra ini pun terlaksana, Niwatakawaca dapat
dikalahkan oeh Arjuna dengan segala kekuatan yang dimiliki oleh Arjuna.
Sebagai hadiah kepada Raden Arjuna, maka diangkatlah ia menjadi
raja di Kiandran dan bergelar Prabu Kaitri untuk sementara hari lamanya.
Menurut perhitungan Dewa sehari di alam manusia itu sama dengan sebulan di
Kaindran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar